Minggu, 22 Januari 2012

Get well soon, dear

Pagi itu cuaca dingin sekali, sesekali aku melirik jam di ponsel yang ku letakkan di samping kepalaku. Ku lihat ada beberapa pesan masuk di layar ponsel, tapi aku masih enggan untuk membukanya. Beberapa menit kemudian aku putuskan untuk bangun dan spontan membuka pesan masuk di ponselku, tiba-tiba aku tercengang setelah melihat pesan itu. Aku cuma bisa diam beberapa waktu. Aku baca pesan itu berulang-ulang, pesan itu dari pacarku, dia masuk rumah sakit semalam.

Awalnya ku kira dia tidak serius dengan ucapannya, tapi ternyata dia memang serius. Aku bingung dan galau, antara pengen jengukin dia atau berangkat kuliah, karena siang itu ada tugas yang mewajibkanku untuk berangkat kuliah. Akhirnya ku urungkan niat baikku itu, sebenarnya ibu sudah mengizinkanku untuk menemuinya, meskipun pacarku melarangku untuk menjenguknya karena dia tahu bahwa aku memang tidak mengetahui jalan menuju ke rumah sakit dimana dia dirawat saat itu.
Lagi pula akan sangat mendadak jika pagi itu aku harus kesana, jam sudah menunjukkan pukul 07.00 dan mandi pun aku belum. Mungkin akan lebih baik jika aku kesana esok hari, meskipun jadwal hari esok jauh lebih padat dari hari ini, setidaknya aku tidak meninggalkan kewajiban tugasku hari ini. Cinta itu pengorbanan bukan?

***

Sore harinya, aku mengirim pesan kepada ibunya, untuk memastikan keadaannya. Dari cerita beliau, aku yakin besok dia masih di rumah sakit dan aku putuskan besok akan tetap menjenguknya tanpa sepengetahuan pacarku maupun ibunya. Akhirnya, aku keluar membeli oleh-oleh, kemudian mempersiapkan apa yang harus ku bawa keesokan harinya. Aku mulai mencari-cari informasi tentang bagaimana cara aku bisa ke rumah sakit tersebut, dan sebagainya.

***

Hari itu Rabu, 18 Januari 2012. Semalam aku tidak bisa tidur karena memikirkan apa yang akan terjadi pada hari ini. Hatiku senang sekaligus sedih seketika itu. Senang karena aku yakin surprise kali ini akan berhasil dan sedih memikirkan keadaannya. Tak seperti pagi biasanya, kali ini aku semangat sekali untuk beranjak dari tempat tidur, shalat, mandi, dan mempersiapkan hal lain. Kemudian tepat 06.30 aku berangkat. Drrrrtt drrrrttt ... ponselku bergetar, kubaca pesan dari pacarku, dia bilang kalau perasaannya sedang tidak enak, mungkin dia sudah merasakan ada sesuatu yang akan terjadi hari itu, tapi aku coba alihkan pembicaraannya agar dia tidak bertambah curiga. Dengan modal nekat, aku menaiki bus menuju kota Solo dan 1 jam kemudian aku pun sudah sampai di terminal kota itu. Aku bingung harus melangkahkan kaki kemana, karena baru pertama kali aku masuk ke terminal ini. Akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya kepada ibu-ibu penjual buah. Ibu tersebut menyuruhku untuk berjalan menuju antrian karcis di sudut terminal itu, setelah itu ku lihat beberapa penunjuk arah sebagai satu-satunya sumber keselamatanku, hehe ... Aku pun mengikutinya, hingga aku lihat banyak deretan bus berbaris rapi di depan kursi tunggu. Akhirnya ada seorang bapak yang menanyaiku dan menyuruhku untuk menaiki bus paling pojok sebelah kiri, aku pun menurutinya, hmm...benar-benar bermodal nekat...
Beberapa menit kemudian bus mulai berjalan keluar dari terminal, memang dasarnya aku sudah sering naik turun bus, jadi aku tidak merasa cemas, meskipun saat itu aku tidak tahu tempat apa yang sudah saya lewati itu. Ketika kursi deret depan kosong, aku mencoba berpindah posisi duduk ke depan dan bertanya pada kondektur bus tersebut. Dia menyarankanku untuk turun di tempat yang akan dia beritahu nanti dan kemudian  naik angkutan umum, aku pun menuruti saja ucapan bapak itu, meskipun aku tidak tahu kebenaran ucapannya.
Akhirnya, turunlah aku dari bus tersebut, beberapa menit kemudian sebuah angkutan umum berjalan pelan di depanku dan ternyata memang benar bahwa angkutan itu menuju RSUD Wonogiri. Setelah menempuh perjalanan 3 jam, akhirnya, sampailah aku di depan rumah sakit ini. Alhamdulillah ...
Aku lihat ponselku, ternyata belum ada balasan, sebelumnya aku mengirim pesan ke ibu pacarku dan menanyaakan ruang inap anak beliau yang sangat ku sayangi itu ^^
Tanpa pikir panjang aku menuju resepsionis, aku bertanya ruang inap pasien bernama halim, ternyata ada di paviliun yang terletak di belakang rumah sakit ini. Padahal aku harap, aku sudah tidak akan menempuh perjalanan panjang lagi, ternyata...
Sesampainya di tempat itu, aku mampir lagi menuju resepsionis paviliun untuk menanyakan nomor kamarnya. Naaah, itu kamarnya, kamar nomor 5 yang tak jauh dari tempat berdiriku waktu itu. Kuberanian diri untuk mengetuk pintu kamar, kubuka perlahan dan tetap berdiri di ambang pintu. Aku lihat kau disana tersenyum, ingin rasanya memelukmu seketika itu, ada ibu juga yang sedang berbaring di sofa ^^ Akhirnya aku duduk dan obrolan pun mengalir begitu saja, hingga ibumu keluar dan menitipkanmu padaku.
Ku lihat tak ada yang parah sebenarnya, mungkin keadanmu sudah mulai membaik, hanya saja masih terlihat jelas bintik-bintik merah di sekujur tubuhmu, hmmm ingin rasanya aku menangis tiap kali matamu menatapku dalam, butuh perjuangan besar untuk menahan air mata ini dan tetap tersenyum untukmu, melihatmu seperti ini saja sudah tidak tega, apalagi uuups naudzubillah ...

***

Selang beberapa menit ibu datang kembali bersama bapak, beliau bercerita dari timur ke barat, selatan ke utara. Hingga tiba waktu makan siang dan ibumu mengajakku makan berdua, sesampainya di warung ternyata bapak juga menyusul kami. Banyak hal yang aku dan ibu obrolkan siang itu. Senang sekali rasanya, benar-benar serasa menantu dan ibu mertua ^^
Setelah makan siang selesai kami bertiga kembali ke rumah sakit, hujan deras di luar sana namun terasa jelas suasana kehangatan di dalam ruangan itu. Beberapa jam kemudian, rombongan teman kantor ibumu pun datang, sungguh, kenapa aku harus disitu, perasaan malu bercampur senang ketika sesekali mereka menggodaku masih begitu jelas terasa. Akhirnya setelah beberapa menit mereka pulang, aku pun juga memutuskan untuk pulang, sebenarnya hari itu belum cukup untukku. Mengingat tinggal beberapa hari kita ada waktu berdua, atau mungkin sudah tidak ada waktu lagi. Aku benar-benar masih merindukanmu.

***

Jarum pendek menunjuk ke angka 3, dan ibu pun mengantarkanku untuk berjalan menuju depan rumah sakit, hingga tak lama kemudian ada sebuah bus dan setelah berterima kasih kepada beliau, aku pun segera melangkahkan kakiku menaiki bus tersebut. Pukul 17.30 tepat aku sudah berada di rumah. Ku buka ponsel dan ada pesan darimu dan ibumu, kurebahkan tubuhku di sofa ruang tengah, sungguh, lelah yang ku rasakan benar-benar terbayar dengan perasaan bahagia yang menyelimutiku hari itu :)

Get well soon, darl ... we do really miss you badly :)

***



Kamis, 19 Januari 2012

Am I special for you?

Hy dear blog, may I tell about him again?
You must bore about this, but I don't know whom I have to tell. That's really suck my mind.
I'm still confused about his faith, especially for me. He always has a lot of reasons to deny my desires. I don't really know about his way of thinking.
Don't you know, until this time I haven't get present or something else, even a birthday card!
It has been nearly a month since my birthday...
He has already sorry about that, but deeply, I really want it from him :(
My friends, my coworkers have given something for me, but him??
Don't you remember in your birthday I made it worth to make you happy. I gave a surprise, I brought a birthday cake, I gave a gift before your birthday, I just don't wanna make you wait it for long. 
I never want expect the value of the gift, but I just expect your care to make me happy. If you just  make birthday card for me, it's no matter at all, than you do nothing anymore.
You have a lot of pleasure time, I know. You even had time to buy a cell phone for your brother, accompany your friend buying a watch, walking around with your friends, and yesterday, you asked me to accompany you buying new cell phone. Done!
Good job, am I still special for you?