Senin, 12 Agustus 2019

Aleya 21 months

- hobi lompat lompat
- sudah bisa anteng duduk di kloset kalau buang air besar.
- sudah bisa anteng menirukan gerakan bibir dan badan kalau shalat. Sampai rakaat terakhir dia anteng.
- sudah hafal dan bisa membedakan warna hitam, putih, merah, green, ungu, pink, biru, cokelat, oranye, abu2..kuning masih belum..mikir lama dan akhirnya sebut kata "pink" mungkin susah pengucapannya 😂
- sudah bisa membedakan mana yang harus dipanggil dengan nenek, ibuk, bapak, dan om. Tante belum bisa, jadi kalau ada cewek muda dia panggilnya kakak wkwk
- sudah hafal berbagai macam bentuk lingkaran, bola, kotak, tabung, bunga, bintang, bulan, segitiga, hati, dll.
- sudah hafal flashcard bermacam2 hewan (hewan anti mainstream seperti landak, badak, kelelawar, kepik, lebah, kuda laut, pinguin, dll pun sudah hafal semua), kalau sayur dan buah masih agak belum semuanya paling buah durian, jeruk, pisang, strawberry, melon semangka, untuk sayur paling cabai, bawang, tomat, brokoli, wortel, kentang, paprika, buncis) yang lain masih belum..
- sudah bisa menyebutkan angka 1-10
- sudah bisa menunjuk bentuk angka 1-10
- mahir main puzzle knob
- mahir meronce dan sorting shapes/colors.
- hobi menggambar ikan
- tidak bisa tidur tanpa selimut monyet
- sudah mau menyebutkan nama jika diminta berkenalan dengan orang lain, dulu masih malu2 soalnya. Beraninya sama bpk ibunya doang 😀
- sudah berani main agak jauh sendirian
- sudah bisa memanggil nama teman2nya
- sudah bisa diajak curhat mengenai apa yang dilakukan dia, jika ada sesuatu yang menarik dia akan bercerita berulang2 setiap waktu. Sungguh ingatannya sangat kuat sekali -__-
Hingga seringkali dia frustasi kalau dia bercerita dan mamanya tidak ingat atau bingung dengan apa yang akan dia ceritakan.
- sudah bisa mengerti sebab akibat
- sudah bisa mematuhi aturan kecil, seperti misalnya menumpahkan makanan langsung ambil tisu dan membuangnya, mengambil pel jika menumpahkan air terlalu banyak, makan harus duduk di tempatnya, cara menggosok gigi, meletakkan sepatu di tempatnya, masuk rumah tidak boleh memakai sepatu, selalu mencoba memakai celana sendiri, selalu membereskan mainan sebelumnya jika mau berganti mainan (jadi tidak pernah berantakan rumahkuuu ini), menyiram bunga tiap pagi dan sore, cara mengeringkan kaki di keset, membereskan piring ke wastafel, dll.

Intinyaaaaa dia sudah sangattttt pintar di usianya yang belum menginjak 2 tahun ini. Mama prouds of youuuuuuu so much!!

PR terbesar adalah menyapih, karena sampai sekarang dia selalu menangis gak berhenti2 kalau disugesti sebentar lagi akan lepas nenen. Pelan2 yaaa sayang, kita pasti bisa, kamu pasti bisa, mama tetep kasih kalau kamu masih minta nenen. Dont worry be happy 😁😘

5 bulan

5 bulan sudah kita tinggal di Bali. Semuanya terasa indah walaupun kita minoritas disini. Jadi keindahan ini sebenarnya hanya kenikmatan duniawi. Wkwk..

Yahh..selain aku bersyukur bisa tinggal disini, aku terkadang merindukan hidup di Banjarmasin, yang setiap waktu terdengar lantunan ayat suci Alquran di masjid dan surau sedangkan disini, adzan pun hanya terdengar samar2. Lebih parahnya, waktu lebaran idul adha kemarin yang bertepatan dengan hari Minggu. Tetap saja di lapangan tempat pelaksanaan shalat eid digelar CFD an. Otomatis semua jalan ditutup, dan kami harus parkir sangat jauh dari lapangan dan harus berjalan kaki cukup jauh menuju lapangan, hingga banyak sekali jamaah yang terlamabat datang Astaghfirullah sungguh keterlaluan pemda di sini, tidak ada toleransi beragama sama sekali. Just my opinion.
Disini pun aku juga tidak punya teman dekat seperti waktu di Banjarmasin, tidak ada perantau yang senasib, kalaupun ada mereka lebih mengahbiskan waktu mereka di dalam rumah. Sedihhhh..

Untungnya Aleya sekarang sudah mulai masuk usia 2 tahun, sudah tambah pintar dan menyenangkan. Selalu nurut jika diberi pengertian, motorik dan ingatannya sangat bagus, dan tidak pernah membuat ibunya jengkel, wkwk. Walaupun seringkali dia selalu merengek2 jika kita tidak mengerti apa yang dia inginkan. Namun masih dalam batas wajar menguji kesabaran. Semoga dia dikaruniai kesempurnaan akhlak, pikiran, dan fisiknya. Aamiin.

Minggu, 31 Maret 2019

Gadis biasa

Gadis biasa
.
Sebelum bercerita lebih jauh untuk 30 hari ke depan.
Aku ingin menceritakan sekelumit cerita tentang seorang gadis.
Gadis yang dulu sangat aku kenal.
Gadis ini hanya seorang gadis biasa.
Gadis biasa yang sudah merasakan kerasnya kehidupan dunia.
Gadis biasa yang mempunyai mimpi besar.
Gadis biasa yang penuh ambisi pada dirinya.
Gadis biasa yang selalu pantang menyerah sebelum mencapai cita dan asanya.
Gadis biasa yang selalu ingin membanggakan keluarganya.

Ambisi gadis yang terlalu besar ini membuat dia melewati batas.
Batas asa dan cita yang selama ini dia mimpikan harus bisa dia retas.
Akhirnya semua tercapai dengan perjuangan dia yang keras.
Akhirnya dia mampu meraihnya.
Dan dia berhasil membanggakan keluarganya.

Tapi ternyata dia harus menemui kodratnya.
Kodratnya setelah dipinang oleh suaminya.
Lelaki yang sudah 7 tahun dengannya menjalin cinta.
Lelaki itu harus mengais nafkah berpindah tempat di belahan Indonesia.

Ambisi gadis ini pun melemah.
Dia tidak ingin hidup jauh dan berpisah rumah.
Demi melayani suaminya.
Demi kebahagiaan keluarga kecilnya.
Dia rela disudutkan oleh keluarganya karena sudah melepaskan cita cita yang selama ini dia perjuangkan.
Menina bobokan ijasah S2 nya.
Dan menjadi seorang istri yang hanya tinggal di rumah.

Dia tidak pernah menyesal dengan keputusannya.
Dia justru sangat bahagia.
Bahagia karena dia sudah mengikuti kata hatinya.
Membangun keluarga bahagia bersama suami dan anaknya.
Meskipun, sekarang dia sudah tidak mempunyai sesuatu yang dibanggakan pada dirinya.

Ambisi masa mudanya kini telah berubah.
Bukan lagi dengan karir cemerlang pada dirinya.
Namun lebih terhadap apa yang dia beri untuk keluarga kecilnya.
Melayani, memasak, dan mendengarkan cerita suami setiap harinya.
Mengasuh, merawat, dan menikmati perjalanan tumbuh kembang anaknya.
Untuk gadis ini, hal itu adalah puncak ambisi kebahagiaan yang tak ternilai harganya.

Jangan pandang gadis ini sebelah mata.
Jangan remehkan keputusannya.
Jangan mengasihani bahkan menyudutkannya.
Sungguh dia sudah sangat bahagia.
.
Gadis berambisi besar itu adalah dia yang sangat ku kenal.
Dia yang ada dalam diriku.
Dia adalah aku.

Rabu, 27 Maret 2019

Bali

Tepat 2 tahun kita hidup di Banjarmasin. 1 Maret 2019 suami menerima SK untuk ditempatkan di Kanwil Denpasar. Dan tepat 2 tahun lalu, 1 Maret 2017 suami juga mendapatkan SK penempatan di Kanwil Banjarmasin. Kok bisa pas 2 tahun ya. Aku juga heran, wkwk.

Gak pernah menyangka kalau celetukan kita selama ini ternyata dikabulkan oleh Allah. Kita selalu bermimpi untuk hidup di kota ini. Kota yang punya ratusan tempat untuk dieksplor. Kota yang nyaman dan bersih (dibandingkan Banjarmasin lho ya). Dan banyak orang pun juga heran kenapa suami ditempatkan disini, karena memang sebenarnya gak ada jalur kesini. Usut punya usut ternyata suami direkomendasikan oleh WPO Banjarmasin agar bisa ditempatkan disini. Asikkk. Kalau tahu begini, mungkin bulan lalu kita gak perlu liburan kesini 🤣 tapi ya sudah lah. Walaupun begitu kita sangat2 bersyukur sudah ditempatkan di kota yang indah ini. Surganya Indonesia. Ciaaaatciatciat.

Hanya selang waktu 9 hari sejak kita tahu harus pindah, dan harus sudah berada di Bali. Kita langsung ngebut buat jual barang2 dan packing semuanya. Pokoknya semua barang dibanting harga dalam waktu sesingkat2nya. Akhirnya dalam seminggu semuanya sudah laku terjual dan kardus packingan juga sudah terkirim. Alhamdulillah

Sekarang kita masih di hotel, seperti biasa kita dapat jatah 10 hari hotel. Tapi alhamdulillah di hari kedua kemarin kita sudah dapet kontrakan dan langsung belanja perabotan rumah. Everything's done. Jadi sekarang tinggal santai2 dan menunggu 15 kardus cargo yang harus dibongkar dan ditata lagi di kontrakan kita yang baru nanti.

Di penempatan kali ini, sebenernya sudah lama kita bermimpi untuk langsung membeli rumah aja, daripada uang habis untuk bayar kontrakan. Tapi ternyata properti disini harganya selangit, yang layak huni diatas 1M. Ya sudah kita kubur dulu mimpi kita, sepertinya memang harus nunggu penempatan di Jawa. Kita nikmati dulu liburan kita 2 tahun di sini, tapi semoga bisa lebih dari 2 tahun lah ya 😁
Aamiin..

Senin, 11 Maret 2019

The whole life

Kadang kita berpikir mengapa seolah2 orang lain lebih bahagia, lebih beruntung daripada kita tapi tahukah kalian tentang peejuangan hidupnya?

Tidak ada yang instan di dunia ini, semua butuh proses dan perjuangan. Mungkin beberapa orang melihat hidupku yang sekarang enak, tinggal di rumah dan bisa mengasuh anak sepuasnya, mempunyai suami super baik dan keluarga kecil yang bahagia, nongkrong dan jalan2 kesana kemari. Tapi pernahkah kalian tahu apa yang sudah kami perjuangkan sebelumnya?
Disini aku akan sedikit bercerita tentang semua perjuanganku dari aku kecil hingga sekarang aku bisa merasakan indahnya dunia yang aku impikan sejak dulu.
Mungkin bagi beberapa orang hidupku yang sekarang ini masih pas2an, karena jauh lebih banyak temanku yang lebih berhasil dengan karir mereka. Tapi sungguh, hidup seperti ini saja, sudah anugerah yang sangat harus aku syukuri.

Aku bukan berasal dari keluarga kaya, ayahku bekerja serabutan dan ibuku seorang guru. Sebenarnya ayahku mempunyai latar pendidikan seorang guru, sejak kecil hingga SMA beliau pintar sekali, selalu juara 1 di kelas dan mendapat beasiswa untuk lanjut kuliah sebagai guru bahasa inggris, kuliahnya pun bisa ikatan dinas sebagai PNS langsung, tapi sampai bertahun2 angkatan kuliah ayahku tidak ada yang dipanggil menjadi PNS, sementara gaji guru jaman dulu sangat kecil, desakan ekonomi untuk menghidupi keluarga membuat ayahku untuk bekerja di perusahaan otobus. Karena pada jaman dulu, gaji karyawan bus pun bisa 15x lipat gaji guru. Itu sebabnya ayahku tidak ingin menjadi guru dan memutuskan kerja disana.

Di masa kecilku, aku sangat jarang bertemu dengan ayahku, mungkin sebulan sekali. Karena ayahku bekerja di Boyolali, berangkat subuh pulang petang dan ibu bekerja di Salatiga. Sementara aku tinggal bersama yangti dan yangkung di asrama, bersama ibuku juga. Jadi ketika ibuku bekerja aku diasuh oleh yangti, tidak ada ingatan sama sekali tentang ayahku karena aku juga jarang bertemu beliau sehingga sampai sekarang pun aku kurang begitu dekat dengannya.
Oh ya masih ada ingatan yang membekas antara kita, yaitu ketika aku bikin bakso bersama ayahku, jajan bakso iso berdua di depan GKJ Salatiga, dan juga berjalan berdua bersama ayahku menuju bioskop membeli popcorn dan akhirnya aku tertidur ketika film usai. Rutinitas itu yang mampu aku ingat, selebihnya tidak ada kenangan masa kecil bersama ayahku.

Itulah kenapa aku tidak ingin mengulangi masa kecilku tersebut pada anakku. Aku ingin dia mengenal sosok ayahnya, ayah yang begitu sayang dan mencintainya. Sehingga aku pun memutuskan untuk resign kerja dan ikut tinggal serumah bersama suamiku. Kita tidak bisa memilih dari keluarga mana kita dilahirkan, tapi kita bisa menentukan keluarga seperti apa yang kita inginkan. Keluarga adalah satu kesatuan yang tidak boleh terpisahkan menurutku, itu kenapa aku memilih untuk selalu bersama dengan suamiku dimanapun dia bertugas, demi kebahagiaan anakku.

Dari kecil hingga kelas 6 SD aku tinggal bersama nenekku, bertemu ibuku di siang hari selepas dia bekerja. Di masa kecilku aku sudah dilatih untuk mandiri, bahkan sewaktu TK aku sudah bisa pulang sekolah sendiri, padahal jarak sekolah dan rumah lumayan jauh dan harus menyebrang jalan Jendral Sudirman Salatiga yang lumayan lebar (ada yang nyebrangin sih 😁). Aku sudah diberi uang saku dan membeli jajan sendiri di kantin TK. Uang sakunya cuma 100 perak wkwk. Dapet permen 4 biji kalau jaman dulu, gorengan masih 50 rupiah sebiji.

Sejak kelas 1 SD aku sudah diikutkan les di sanggar tari, awal2 diantar oleh ibuku dan ditunggu. Namun ketika kelas 2 SD aku sudah disuruh untuk berangkat sendiri, naik angkutan umum dengan jarak lumayan jauh sekitar 5 km an dari rumah. Jadi waktu kelas 2 SD aku sudah bisa naik angkot dan menyebrang jalan sendiri, itu umurku sekitar 7 tahun. Karena aku masuk SD sekitar umur 5 tahun. Jaman dulu kan udah boleh yaaa masuk SD di bawah umur.

Jadi memang dari kecil aku sudah dilatih untuk mandiri dan berani, mengerjakan semuanya sendiri meskipun ada orang tua yang sebenarnya bisa menemani. Setiap 4 bulan sekali selalu diadakan pentas tari di GPD Salatiga dan dibuka untuk umum. Namun aku bukanlah anak yang suka hal semacam itu, meskipun piagamku banyak dan bisa puluhan tarian, minatku tidak disana sehingga aku pun cuma sebatas les di sanggar tidak pernah ikut lomba sama sekali. Paling lomba 17an dan ikut menari di nikahan orang wkwk.

Akhirnya waktu aku kelas 5 SD, aku diam2 berbohong tidak pernah berangkat les lagi, aku selalu gunakan uang lesnya untuk membeli pernik2 pita di dekat tempat lesku. Selama 3 bulan aku seperti itu, pura2 berangkat les padahal main. Akhirnya aku jujur pada ibuku, aku tidak suka menari dan aku ingin berhenti les. Ibuku pun setuju. Sungguh saat itu aku sangat bahagia.

Setelah aku keluar dari les tari, aku diikutkan les mapel di tempat teman ibuku. Dulunya aku murid biasa aja, masih rangking 10 besar sih meskipun gak pernah belajar. Tapi sejak aku ikut les mapel itu, aku jadi semangat untuk belajar dan sejak itu aku bisa masuk rangking 3 besar terus dan akhirnya aku bisa masuk di SMP favorit di Salatiga.

Aku bukan anak yang supel dan mudah bergaul, mungkin karena latar belakangku dari keluarga yang biasas saja, jadi aku takut untuk menjadi pusat perhatian. Aku lebih suka menarik diri dari orang baru, dan kurang pandai bergaul. Tapi jika bersama orang2 terdekat aku bisa berani dan tidak tahu malu wkwk. Waktu hidup di asrama, teman sebayaku adalah 3 cowok, Ardi, Indra, dan mas Dwi. Setiap hari aku bermain bersama mereka, dari lahir hingga aku SD. Itu kenapa aku hampir seperti cowok sekarang, karena lingkungan yang membentukku seperti itu.

Meskipun dari luar aku nampak "mentel", kalem, keibuan, tapi itu hanyalah fisik semata. Karena dari SD aku sudah jago memanjat pohon, ceburan di kolam lele, mandi di pancuran sama cowok2, hujan2an di sungai, sepedaan keliling Salatiga, main betengan, kelereng, dll. Lingkungan menjadikanku layaknya pria. Jadi entah kenapa aku benci kalau melihat cewek yang manja, yang gak bisa apa2, gak mandiri dan cuma bisa dandan sama foto2 doang. Rasanya pengen kupites 😂

Lanjut yah ceritanya...
Sekitar kelas 6 semester 2, asrama tempat tinggalku akan ditutup. Kalau kalian orang Salatiga, asramaku ada di Jln Jendral Sudirman, bawah Superindo, depan Pujasera. Sedih sekali harus meninggalkan tempat itu, rumah yang menjadi saksi kehidupan masa kecilku, karena aku harus pindah ke Boyolali bersama ayahku dan berpisah dengan nenekku yang biasa hidup bersamaku. Nenek yang begitu baik dan gak pernah memarahiku.

Di Boyolali ayah dan ibuku akan membangun rumah yang swmpai sekarang mereka tempati. Namun sebelum rumah itu selesai dibangun, aku harus tinggal di rumah nenek dari ayahku, yang letaknya gak jauh dari rumah. Saat akhir kelulusan SD aku sudah tinggal di Boyolali bersama nenek dari ayahku dan tanteku. Nenek orang yang keras, setiap pagi jam 4 aku sudah bangun pagi untuk menimba air, mengisi gentong air untuk masak dan mencuci piring seluruh keluarga (nenek, tante, ayah dan ibuku). Padahal di rumah nenek Salatiga dulu aku sama sekali tidak dibebani pekerjaan rumah 😭

Semenjak kita pindah ke Boyolali, hidupku berubah dari kebahagiaan menjadi kesedihan hiks. Setiap hari aku harus bangun jam 4 untuk menimba air dan mencuci piring, berangkat sekolah pukul 5.30 dan sampai sekolah masih telat dan dimarahi guru. Pada waktu itu aku duduk di bangku kelas 6 SD dimana selalu ada jam tambahan pagi masuk sekolah pukul 06.00 sementara jarak rumah ke sekolahku lebih dari 15 km dan harus naik bis kemudian oper angkot. Jadi meskupun sudah berangkat pukul 05.30 aku tetep selalu telat. Sedihnyaaaaa. Di bus pun aku gak pernah dapat tempat duduk, selalu penuh dengan ibu2 pedagang pasar pagi. Aku yang berseragam bersih dan ibuku yang berseragam kantor sembari menggendong adekku yang masih balita berjubelan dengan ibu2 pedagang sayur yang belum mandi demi bekerja berangkat sekolah. Setiap hari seperti itu, padahal teman2ku yang lain mungkin masih bangun dari tidurnya, adekku yang kala itu masih balita juga kasihan yaa tiap hari PP naik bus dengan perjalanan hampir 1 jam setiap hari untuk dititipkan di rumah nenekku Salatiga 😔

Akhirnya perjuanganku selama itu tidak sia2 karena aku bisa masuk SMP favorit di Salatiga. Kenapa aku tidak sekolah dekat rumah nenekku Boyolali dan malah sekolah di luar kota? Ibuku memang sangat memperhatikan pendidikan anaknya. Meskipun keadaan ekonomi kita yang kala itu tidak begitu baik, aku dipaksa untuk mendapat pendidikan terbaik di luar kota.
Itu kenapa aku tidak pindah sekolah di dekat rumah hingga aku SMA.

Hal yang menyedihkan ketika aku masuk SMP dan masih aku ingat sampai sekarang adalah tas baru. Dari kelas 5 SD aku tidak dibelikan tas, tasku hanya 1 warna merah bergambar jam dinding besar yang bisa diputar. Ketika aku masuk SMP favorit pun, tasku masih tetap sama. Sepatu pun juga hanya punya 1, dan ketika aku pulang kehujanan aku harus menjemurnya. Bahkan aku pernah melapisi kakiku dengan plastik di dalam kaos kaki karena sepatuku yang basah. Subhanallah ini bukanlah aib, tapi cerita hidup yang membawaku berproses hingga sekarang. Aku bukan tipe penuntut, aku tahu kondisi orang tuaku saat itu yang memang sedang membutuhkan banyak uang untuk membangun rumah.

Orang tuaku memang tidak pernah mengajarkanku untuk hidup berlebihan dengan hal2 materiil seperti itu. Aku sangat bersyukur, karena dengan didikan mereka yang seperti itu, sampai sekarang pun aku tidak terlalu suka shopping, membelanjakan uang untuk barang2 yang kurang penting. Belanja baju pun aku jarang, sepatu cuma itu2 aja, apalagi tas, cuma punya 2 besar dan kecil. Yang kecil itu pun milik tanteku dulu yang sudah meninggal, kulit asli jadi walaupun sudah puluhan tahun tetap ciamik tasnya. Entah mungkin karena sewaktu kecil aku gaul sama cowok2 jadi mungkin sangat sedikit sifat2 wanita dalam diriku ini. Wkwkwk

Meskipun orang tuaku sangat jarang membelikanku baju, tas, sepatu, dll. Mereka selalu memberikan bekal kehidupan terbaik bagiku, mereka mengajariku untuk hidup mandiri, memasukkan ke sanggar tari, mengikutkan lomba ini itu, menyuruhku les ini itu yang ternyata bermanfaat hingga sekarang. Lebih dari sekedar baju maupun mainan mahal. And I'm pretty sure for this statement.

Dari SMP hingga SMA aku diikutkan les bahasa inggris dan berenang. Les bahasa inggris yang gurunya super baik, mengajariku dari nol hingga aku bisa, hingga waktu SMP nilai UN bahasa inggrisku cuma salah 1 doang 🤣 percayalah SMPku sangat ketat dan aku masih cupu jadi gak ada contek mencontek diantara kita. Wkwkwk

Waktu les berenang pun, aku yang dulunya takut masuk kolam renang bisa masuk klub renang di salah satu hotel di Salatiga. Setiap minggu aku les berenang, setiap hari Kamis setelah pulang sekolah. Bahkan ketika hujan petir dan yang datang hanya aku seorang aku tetap disuruh berenang bolak balik oleh pelatihku. Can you imagine?? Hujan deras, badan berasa dilempar batu di dalam air karena terkena air hujan, petir kilat menyambar2, gak ada orang di dalam kolam, dan aku tetap harus berenang berkali2 putaran. Tapi sungguh aku bersyukur, itu yang membuat aku menjadi kuat sampai sekarang.

Hingga waktu kelas 3 SMA, ternyata ibuku hamil dan melahirkan adek yang sangat lucu. Masa itu adalah dimana aku selalu bangun pukul 02.00 untuk shalat dan belajar. Aku selalu belajar saat dini hari karena aku tidak bisa belajar jika mendengar kegaduhan disana sini wkwk. Sampai pada akhirnya, sekitar April 2009 adikku sakit parah di usianya yang masih 9 bulan. Ternyata ada kelainan pada jantung dan paru2nya. Tabungan ibu untuk biaya kuliahku yang rencana akan mengambil jurusan kedokteram pun habis sudah untuk biaya RS adikku yang gak sedikit. Karena pada saat itu belum ada BPJS dan adikku dirawat di Hermina Semarang yang gak ditanggung ASKES. Namun pada akhirnya, Allah memang lebih mencintai dia, dan adikku harus kembali padaNya. Mungkin memang itu jalan terbaik.

Pada saat kelulusan SMA dan harus melanjutkan kuliah, orang tuaku sudah tidak lagi mempunyai biaya untuk memasukkanku ke jurusan kedokteran, sehingga akupun terpaksa mengambil jurusan PGSD yang sama sekali bukan passion ku, dan kampusnya pun di UKSW. Karena memang tidak ada biaya lagi untuk kuliah di luar kota. Aku jalani kehidupan masa kuliahku dengan bahagia, karena aku memang selalu bahagia dan gak pernah menyalahkan keadaan meskipun aku sedang berada di titik terendah. Hingga akhirnya sebelum lulus ibuku menyaranku untuk lanjut kuliah S2. Aku pun dengan senang hati mengiyakannya. Karena sebenarnya aku tidak ingin menjadi guru SD wkwk.

Selama aku kuliah S1 hingga S2 aku sudah bekerja, menjadi part timer di bimbel, ngajar toddler, guru di GO, guru les privat, tapi tetep gak ada greget buat mengajar. Hanya sebatas cari uang saku buat pacaran 🤣
Nohhh pacarannya sama suamiku sekarang. Tiap gajian selalu aku traktir, sekarang dia yang gantian traktir aku seumur hidup wkwkwk. Kerjaan yang paling enak adalah jualan online, dimana laba bersih sehari dari jaman kuliah dulu, aku bisa dapat diatas 1 juta lebih, hanya sebagai dropshipper lho ini. Bukan riya mau pamer, tapi just sharing aja. Zaman sekarang cari duit gak harus keluar rumah, biarin orang lain taunya kita di rumah aja, jalan2 ngabis2in uang suami. Mereka diluar sana gak tau kalau kita di rumah juga cari duit sendiri buat happy happy hehe. Tapi karena aku bukan tipe wanita yang konsumtif banget, alhamdulillah aku bisa menabung banyak lewat deposito buat tabungan nikah dulu dan berbagi rezeki untuk orang lain.

Saat terjun ke bisnis online shop, aku merasa dari situ kebahagiaanku berawal. Di awal masuk S2 pun aku sudah bercita2 bahwa sebelum aku lulus aku harus bisa menjadi dosen, apalagi waktu itu pacarku 5 tahun sudah masuk pendidikan PPS BRI.Dari situ aku yakin kalau aku bisa sukses nantinya. Pikiran positif itu yang selalu aku tanamkan. Aku harus sukses, aku bisa sukses, aku gak mau hidup susah. Sampai pada akhirnya cita2ku terkabul dan yaaa sampai seperti ini. Ini belum seberapa, aku masih belum punya apa2 sebenernya. Banyak hal yang sudah aku korbankan. Tapi sungguh nikmat dunia ini sungguh lebih daripada cukup.

Alhamdulillah..

Jumat, 08 Maret 2019

Ibu

Ibu - wanita terkuat dan terhebat di dunia. Dia juga yang membuatku kuat sampai sekarang ini, yang mengajarkanku untuk mandiri dan bertanggung jawab terhadap keluarga kecilku sekarang. Dia sering mengeluh, tapi tetap maju dan kuat menghadapinya. Dia yang selalu bangun pagi2 sekali, berangkat kerja dengan jarak tempuh hampir 1 jam ke kantor, selalu memasak yang enak2 setiap harinya meskipun sudah sangat lelah bekerja. Dia yang tidak pernah ingin merepotkan orang lain. Dia yang selalu mandiri melakukan apapun sendiri. Dia yang sangat dan begitu murah hati.

Ya. Dia adalah ibuku. Seorang yang cerewet luar biasa tapi aku begitu menyayanginya. Tanpa didikannya yang keras aku mungkin tidak bisa kuat seperti sekarang. Ibu, semoga kamu selalu sehat dan bahagia disana. Terimakasih sudah menjadikanku wanita yang kuat dan mandiri seperti sekarang.

Kamis, 28 Februari 2019

Stay at home mom

Sebenernya gak ada istilah working mom atau stay at home mom bagi saya pribadi. Titel ibu tetaplah ibu. Pilihan mereka untuk bekerja atau tetap di rumah pasti sudah dipikirkan matang2 sesuai dengan kondisi keluarga masing2, yang semuanya tidak bisa disamakan dan dibandingkan.

Tapi disini saya ingin bercerita tentang bagaimana jalan cerita kenapa saya memilih untuk menjadi seorang IRT, karena mengambil keputusan ini sangat sulit bagi saya pribadi. Sebelum dan sesudah saya menikah, saya gak pernah berpikiran jika nanti saya akan menjadi seorang IRT. Bahkan jaman saya bekerja jadi part timer bimbel waktu kuliah dulu saya pernah sharing dengan teman saya, dia cerita kalau sudah menikah nanti dia ingin di rumah saja mengurus dan mendidik anaknya. Saya sampai terbengong2 dan terheran2, karena teman saya ini pinter, orangnya rajin ulet dan skill mengajarnya pun oke banget, kenapa dia punya cita2 kayak gitu. Padahal aku yakin kalau dia kerja pasti banyak perusahaan yang mau kasih dia gaji gedhe.

To be continued*
Anak nangis 🤣

Kamis, 14 Februari 2019

Tips Travelling with Baby part 1

Alhamdulillah selama 6 hari di Bali, Aleya gak rewel, gak sakit, dan ceria terus meskipun diajak jalan terus kesana kemari selama berhari-hari. Dan emang bener kalau lebih baik mencegah daripada ngobatin, karena kalau sampai sakit pas liburan gini pasti itenerary jadi kacau balau.

1. Stay positive
Yang penting stay positive aja kalau anak gak akan sakit, sounding ke dia tiap mau tidur "aleya kuat, aleya sehat, aleya happy, aleya sholehah, aleya nurut sama papa mama, dll" jangan ada kalimat negatif yaa kalau lagi sounding.."aleya jangan susah maem, aleya jangan rewel, aleya jangan sakit". Jangaan siss yg diinget dia nanti negatif2nya malah 😂

2. Rutinitas
Trus jangan sampai ganggu jadwal bobo siangnya, kalau bobo siang biasanya 2x ya harus tetep 2x. Jadwal makan pun juga, meskipun gak di rumah jangan sampai telat makan. Aku sengaja pake mpasi instan, meskipun Aleya udah bisa makan nasi. Karena kata dokter @metahanindita mpasi instan beda sm makanan instan macam ind*mie, mpasi instan jauh lebih sehat dibanding makan nasi sama lauk doang karena dia mengandung vit min yg lebih lengkap. Lebih higienis pula. Jadi kalau lagi travelling gini jangan merepotkan diri ya gaes 😁

3. Vitamin
Yang ini juga harus dibawa yaa, terserah sih vitamin apa aja. Kalau kemarin sih bawa minyak ikannya mollers yg ampuh buat daya tahan tubuhnya sama sangobion aja sih, krn kl anak sampai kurang zat besi pasti lemes dan gak aktif lagi bawaannya. Jangan lupa kasih yogurt dan cemilan sehat juga yak selama perjalanan.
.
Gak banyak kok bawaan kita, 2 ransel buat bertiga selama 6 hari. Can u imagine?? Wkwk

Selasa, 05 Februari 2019

Holiday Day 1

Akhirnyaaaaa hari yang ditunggu2 pun tiba. Yeyyy akhirnya liburan juga kita. Alhamdulillah kita juga berhasil buat bawa barang 2 tas doang lho ke Bali 😂 demi irit bagasi dan keringkasan jalan berjalan gaess.

Kita berangkat tanggal 5 Februari 2019 tepat di Hari Raya Imlek. Pesawat pukul 09.20 bertepatan dengan mutasinya mas insan dan mba vita tetangga sebelah. Jadilah kita 06.30 sudah berangkat dari rumah, sekalian kita anter mereka ke bandara. Setelah sampai bandara sekitar pukul 07.30, pertama kali nih nyobain fasilitas gratis buat ke Concordia Lounge di bandara Banjarmasin.

Enaaaak ternyata gaes, tinggal tunjukin tiket pesawat ke resepsionis, urusan check in dan perbagasian mereka yang ngurusin, kita tinggal duduk manis di restonya sambil makan dan ngemil sepuasnya. Nambah2 juga boleh. Sarapan di lounge ini pun komplit, dari nasi prasmanan, bubur ayam, lontong opor, roti2an, buah2an, minuman2 cemacem bak hotel berbintang. Enakkk banget pokoknya, gratis pula 😂 Habis itu ketika ada pengumuman boarding pesawat, kita gak perlu repot2 lagi nih buat masuk dan antre check in di luar sana, ada jalur khusus dari lounge yang langsung menuju pesawat, dapet fasilitas mobil pula, gak perlu berjubel pakai bis gitu. Enaaaak banget pokoknya fasilitas ini. Buat yang bukan nasabah prioritas, kayaknya bisa pakai fasilitas ini juga kok tapi tentunya bayar ya. Per orangnya sekitar 100ribuan, tapi daripada jajan di bandara mahal, mending ke lounge sekalian deh kalau aku meskipun bayar. Tapi kalau bisa gratis gini bahagia banget yaaak. Hehe

Kebetulan pesawat kita transit 1 jam di Surabaya, alhamdulillah di Surabaya ada lounge lagi, bisa makan siang gratis sepuasnya lagi deh, ahayyy. Untuk makanannya lebih enak dan lebih komplit di lounge surabaya, sayangnya tidak ada jalur khusus menuju pesawat, sehingga kita harus antre menunggu di gate yang sudah ditentukan sesuai tiket kita. Tapi lumayan lah, ketika itu pesawat delay 1 jam menuju Denpasar, jadi kita bisa makan ngemil istirahat sekalian disana. Gak kebayang deh 2 jam kita nunggu di gate yang penuh sesak sm orang, mau nenenin susah, panas, capek, dll. Kalau di lounge selonjoran sambil bobok pun bisa, bahkan ada tempat buat playground anak juga disini. Mantapp 👍

Sampai di Bandara Denpasar kita langsung ketemu sama mas yang kita hubungi lewat OLX buat sewa mobil. Lumayan jauh jalannya, karena bandara disini luas banget, semua yang kalian cari ada disini. Bahkan starbuck pun dimana2 gak cuma 1 doang. Keren..
Akhirnya kita ketemu nih sama mas rental mobilnya, di Bali buat sewa mobil berhari2 gampang banget lepas kuncinya. Syaratnya cuma bayar uang sewa, KTP, dan foto di depan mobil 😂 dengan hanya bermodal GPS aja nih kita jalan2 ke Bali. So let's get started and get lost, baby.

Sabtu, 02 Februari 2019

Bali, our first family trip

Sudah hampir 2 tahun aku dan suami gak ngetrip bareng lagi, padahal itu hobi kita berdua, jalan-jalan explore tempat baru. Tapi karena hamil, kemudian melahirkan, dan suami penempatan di Banjarmasin ya sudah deh terkubur dalam-dalam hobi kita yang satu ini. Dulu waktu pacaran paling jauh ke Green Canyon, Pangandaran, itupun ikutan piknik desa. Gak pernah dibolehin lah kita main lewat jam malam, apalagi sampai bermalam di suatu tempat. Ckckck bukan muhrim walaupun rame2 perginya 🤣

Setelah nikah dan tinggal di Manado lumayanlah banyak wisata disana yang udah kita explore, macam nyebur ke Bunaken, danau Linow yang kece banget, bukit doa, pantai cemacem, sampai pulau Lihaga yang keren pun alhamdulillah udah. Baruuuu aja sebulan puas2in jalan2, alhamdulillah diberi kepercayaan buat hamil dan malah mual parah. Jadilah gak bisa kemana2 lagi. Ditambah lagi pas hamil 8 minggu, suami dimutasi ke Banjarmasin. Naah pas mau mutasi ini nih, terakhir kita backpacker an bareng menuju Makassar, sekalian babymoon hehe. Itu juga cuma 2 hari, sesudahnya kita lanjut ke Banjarmasin.

Banjarmasin?? Ada apa disini?? Wkwkwk yang ada hanyalah Sungai Martapura dan anak2 sungainya yang terbentang luas di seluruh Banua ini. Sampai rumah kontrakan nih, bawahnya pun rawa. Pokoknya susah banget cari tanah disini, semuanya rawa sungai rawa sungai. Selain sungai hanya ada dua mall dalam 1 komplek yang macet setiap weekend nya 😄 Jadi pas di Banjarmasin ini, rasanya butuh piknik banget karena selama hampir 2 tahun disini kita cuma main ke alun2 siring sambil lihat perahu2 lewat, pasar "berlian2an" Martapura, kebun binatang yang masuknya cuma 2ribu doang ga rekomen juga buat didatengi, Pasar terapung RCTI OKE aka Lok Baintan, dan Amanah Borneo Park. Selebihnya kita cuma main ke mall padahal gak suka ngemall 🤣

Btw kenapa intronya malah jadi curhat gini yak??? Wkwkwk.
Jadi karena Aleya sekarang udah bisa diajak main, udah seneng jalan sana sini, udah ngerti banget kalau diajak ngomong, dan excited banget kalau lihat pesawat lewat (padahal kalau dihitung2 dia udah 10x lebih naik pesawat wkwk) sehingga aku dan suami mutusin buat ngajak dia jalan travelling. Yey.

Oh ya, sebenernya sih kita diajakin tetangga buat travelling bareng ke Ranca Upas, Jawa Barat. Tapi kalau ngecamp sambil bawa bayi gini pasti gak mungkin kan ya, jadi kita putuskan buat ke pantai aja karena Aleya belum pernah lihat pantai, dan kita pilih Pulau Bali sebagai destinasi kita. Btw travelling ini sekaligus papa mamanya piknik bareng ke Bali, soalnya 9 tahun pacaran belum pernah ke Bali bareng wkwk. Ciyaaaan 😭

Banyak yang bilang sia2 banget kalau ngajak anak main sebelum usia 3 tahun karena dia gak akan inget sama sekali nantinya. Tapi menurutku di 1000 hari kehidupannya ini justru penting lho. Ini pondasi awal buat kehidupan dia di masa yang akan datang, meskipun dia gak inget nantinya, aku yakin dia akan merekam semua cerita indah ini di alam bawah sadarnya tentang bagaimana papa mamanya mengasihinya setulus jiwa eaaa, wkwk. Engga juga sih, aku hanya ingin dia tumbuh menjadi gadis yang kuat, mandiri, tahan banting terhadap segala macam kondisi yang menerpa. Hahaha Kita putuskan liburan kali ini pas Hari Raya Imlek tanggal 5-10 Februari 2019 jadi kalau dihitung sekitar 6D5N yaa. Itu artinya kita akan pergi besok. Bismillah.

Sebagai planner sejati, aku dan suami udah nyusun itenerary jauh2 hari. Mau kemana aja kita pas disana, naik apa kita pas disana, bahkan sampai hotel pas di Ubud pun kita sampai 2 hari 2 malem browsing nya sampe nemu hotel yang pas, karena kita cari yang ada lahan parkir mobil (secara di Ubud jalannya sempit2 banget dan macet), berAC (biar Aleya bobok nyenyak),  tapi tetep budgeting!! Akhirnya setelah 2 hari 2 malam pun masa pencarian berakhir. Yeyy. Gini nih rempongnya backpacker bersama bayi. Kita harus perhatikan kesehatan dan kenyamanan dia. Karena kalau sampai anak sakit. Liburan pun juga akan gagal.

Jadi buat kalian yang masih single atau belum punya baby. Puas2in main sejauh mungkin, kuliner ditempat2 yang gak bisa dikunjungi sama bayi, hiking setinggi2nya, diving sedalam2nya, jangan cuma nongkrong di kafe sambil OOTD. Sayaang bgt siss hidup buat begituan 🤧 ehhhh maaf nyinyir. Pdhl itu jg kerjaanku selama disini, krn hiburannya cuma nongkrong, tapi maaf saya bukan mahluk OOTD. Wkwkwk

Jadi planning ke Bali selama 6 hari besok kita akan sewa motor di Ubud dan sewa mobil buat travelling, karena gak mungkin kan kl cuma motoran buat keliling Bali sama si bayi.  Soalnya ada 15 lebih list destinasi kita dengan 4 kali pindah hotel, karena kita mau muter bali dari selatan daerah Jimbaran, ke barat daerah Seminyak, ke tengah daerah Gianyar lanjut ke utara dikit daerah Ubud. Kemudian setelah 2 hari di Ubud ke ujung timur laut daerah Karangasem, kemudian balik lagi ke selatan di daerah Sanur, dan bersiap pulang kembali ke daerah Kuta. Pokoknya kita mau puas2in muterin Bali, walaupun masih banyak spot yang gak kita datangi karena bawa Aleya, padahal pengen banget kesana. Sabaar 😄

Ohyaaa. Bawaan kita cuma 1 ransel dan 1 tas jinjing aja, biar lebih mobile kesana sini. Keren yaaa liburan 6 hari tanpa bagasi, bawaan kabin semua cuy. Kapan2 aku share yaaa apa aja yg harus kalian bawa kl travelling sm bayi dan gimana tipsnya biar bawaan ringkesss..
Rasanya gak sabar banget buat besok. Tunggu cerita kita disana yaaaa..

Jumat, 01 Februari 2019

2nd years passed

Tahun kedua penuh cerita. Dimana aku bisa selalu melihat tumbuh kembang anak kita. Hal yang tak pernah kubayangkan di tahun2 sebelumnya. Bisa merawat dan mendidiknya dengan segenap cinta. Meskipun aku harus mengubur cita dan ijazah S2. 😉 Membuat beberapa orang kecewa dengan pilihan kita tapi sungguh semua rasanya terbayar ketika melihat anak kita tumbuh ceria dan bahagia. Tidak ada pilihan yang sia sia. Semua pilihan pasti ada resikonya. Dengan pilihanku ini aku sangatlah bahagia, karena hidup di dunia tak hanya mengejar materi semata. Dan semoga Allah selalu mencukupkan rejeki bagi keluarga kita, meskipun aku sudah tidak lagi bekerja. Eaaa. Eaaaaa. Eaaaa.
Semoga peluh suami hamba dalam lelahnya mencari nafkah untuk keluarga kami senantiasa berkah dan dibayar dengan surga. Aamiin YRA.

No baperrrr.
Ibu bekerja tetap luar biasaaaa. Meninggalkan anak berat banget. Aku pun ga akan sanggup. For working mom. You're truely awesome 💪

Senin, 21 Januari 2019

Resolusi 2019

Resolusi tahun 2019 adalah "being minimalist"

Jadi nihhhh gak tau kenapa dengan kepribadian kita (aku dan suami) yang kaya gini ternyata baru kita sadari kalau kita ini sebenernya mahluk minimalis yang masih maximalis dikit2. Jadi mulai tahun ini kita berusaha buat bener2 minimalis. Minimize semua barang2 yang gak pernah dipakai sampai pada akhirnya baju kita 1 lemari besar hilang karena baju 1 lemari itu emang gak pernah kita pake, dan lemarinyapun kita kasih ke satpam komplek 😂 Jadi dengan berkurangnya satu lemari gedhe rumah kita jadi luas banget oey!!

Pertama tama kita pilih2in baju tuh, dan sebagai seorang minimalis kita pilih baju sebasic mungkin. Jadi di lemari kita sekarang cuma ada baju putih, hitam, abu2. Begitu jg jilbab gueeeeh. Cokelat masih ada ding kalau jilbab hihi.

Kedua kita beresin mainan Aleya, udah gak dijejer rapi macam ruangan TK sekarang, tapi lebih mirip perpustakaan hhe rapihhhh!!

Ketiga beresin dapur, dan dapur gue sekarang cantikkk. Punya rak bumbu dan tertata rapi, gak ada tuh sekarang plastik kopi, plastik minyak, plastik indomie, semua punya tempatnya masing2. Dari dulu emang udah gitu sih perasaan wkwk.

Keempat beresin kamar mandi, no plastik2 isi ulang sabun, dll. Semua punya tempat masing2 dan tertata rapih.

Kelima tas dan dompet. Sebagai ibu2 dengan toddler gue emang bukan tipe ibu2 rempong yang bawa berbagai macam peralatan mandi, makan sampai tidur di dalam tas. Cukup bawa popok+plastik, tissue basah (kalau inget), dompet, dan minuman Aleya. Nyatanya juga aman2 aja alhamdulillah hhi.

Jadi rumah gue sekarang luas dan bersih banget. Gak kaya sebelumnya yang jelas wkwk. Gak ada barang berserakan dan ternyata ngefek lho ke Aleya. Dia naruh sepatu dan pakaian kotor pada tempatnya, gak asal lempar sana sini. Kalau suami sihhh emang dr lahir udah super rapi sedunia. Jadi malah aku nih yang harus belajar banyak dari dia wkwk.

Sebagai seorang minimalist, kita udah gak pernah mikirin apa kata orang lagi, dont care about what people say about you yg penting kita happy, kita gak shopping2 buat barang gak penting, kita gak beli baju2 sesuai trend biar dikatain modis, gak jaman now banget deh yang penting tetep rapi dan enak diliat aja, baju itu2 aja yaaa hayuuk, sepatu itu2 aja ya biarin, terserah apa kata orang yang penting kita happy lah yaa 😂
Jadi uang jatah shopping2 tadi kita gunain buat membahagiakan diri, mencoba hal baru, travelling, memperkaya ilmu, dan bermanfaat bagi orang lain.

By being minimalist we'll have less but we can do more, more and more.
Jadi mungkin mulai tahun 2019 ini kita bakalan sering travelling dan kuliner. Yeyyy. Intinya buatlah cerita bahagia di hidupmu, bukan hanya mikir besok pake baju apa yaaa. Be simple guysss, we dont care stuffs like that..

17 Oktober 2017

Tanggal ini, tanggal ini adalah tanggal kelahiran putriku yang sekarang sudah menginjak umur 15 bulan. Ternyata aku belum oernah menyempatkan diri untuk menulis perjuanganku melahirkan dia ke dunia.

Aku tidak melahirkan secara normal. Ya.
Aku memilih tanggal cantik. Ya.
Aku tidak mau berusaha menunggu tanda tanda gelombang cinta. Ya.

Untuk para ibu yang melahirkan normal, aku yakin kalian pasti tidak setuju dengan pilihan yang aku buat. Sering aku melihat beberapa IG story yang menyudutkan ibu yang melahirkan secara caesar. Bahkan ibuku sendiri pun sempat nyeletuk aku bukan ibu sesungguhnya karena aku tidak merasakan sakitnya melahirkan secara normal.
Tapi, hanya itukah standar seorang ibu seutuhnya??
Ibu seutuhnya adalah ibu yang merawat anak mereka dengan bahagia dan sepenuh hati tanpa embel2 mereka melahirkan normal atau caesar. Karena justru perjuangan terberat adalah setelah mereka lahir ke dunia. Bukan proses kelahirannya. Banyak kok ibu2 yang melahirkan normal tapi mengabaikan anak mereka. Apa mereka juga tetap lebih baik dibandingkan ibu yang melahirkan caesar tapi mengurus anaknya dengan baik?? Aku rasa tidak.

Baik aku akan menceritakan kisah perjuanganku di tanggal ini. Untuk alasan kenapa aku memilih melahirkan secara caesar sudah aku posting tahun lalu yah.

Jadi pagi itu kedua ibuku dan eyang putri dari suami sudah ada di rumah, kita tidur berlima di rumah. Semalaman aku tidak bisa tidur, membayangkan hari ini aku akan melakukan operasi dan bertemu putriku. Macam anak SD yang terlalu happy mau piknik sekolah gitu. Jam 1 dini hari mungkin aku baru bisa tidur, itupun tak nyenyak karena jam 4 terbangun lagi dan aku pun melakukan tahajud terakhir ketika hamil. Aku menangis di dalam diam karena aku tidak ingin tangisanku didengar oleh ibu2ku. Akhirnya aku tidur lagi sampai setengah 6 melakukan shalat subuh dan membantu ibuku yang sudah memasak nasi goreng. Kita sarapan berlima di rumah kala itu.

Setelah sarapan, sekitar jam 11 kita bersiap untuk berangkat ke rumah sakit, mengurus administrasi dan check in..macam hotel aja 😂 tapi emang rumah sakitnya kaya hotel sih. Dulunya Ciputra Mitra Hospital gak serame sekarang, masih sepi, bersih banget, pelayanannya ramah bak hotel bintang 5 wkwkwk. Sesampainya di RS ternyata kamar VVIP lantai 2 yang kita pesan full, sehingga untuk sementara waktu mau disiapkan kamar baru di lantai 3 dan mungkin akan siap sekitar jam 13 an. Kenapa kita pilih kamar VVIP. Karena batasan pengunjung yang boleh menginap 4 orang cuma kamar VVIP. Padahal ibu2ku, nenek, dan suamiku pasti harus menginap juga di RS. Meskipun rumah kami dekat RS aku yakin gak ada yang mau pulang ke rumah setelah putriku lahir 😂

Karena masih lama, akhirnya kita berlima jalan2 dan keluar makan siang dulu. Ajiiib nih bumil jam 5 operasi masih jalan2 aja dan makan sambel acan. Haha akhirnya dapet konfirmasi dari RS kalau kamar sudah siap dan kita langsung bisa masuk.

Aku langsung disuruh berbaring, ngecek denyut jantung bayi dan gerakan yang harus aku lakukan sendiri pakai alat macam earphone yang ditaruh di perut gitu kayaknya. Lupa2 inget. Fotonya sih ada di laptop tapibini ngeblog pake hp jadi males hidupin laptop. Wkwk #banyakalasan. Abis itu langsung deh disuruh puasa gak boleh makan minum. Akhirnya aku bobo bentar, jam setengah 5 an sore aku bangun dan disuruh ganti baju operasi, dipasang infus dan kateter, dicukur rambut kemaluan sama cek tensi. You know whattt. Tekanan darahku mendadak tinggi, yang biasanya 100-110 ini mendadak jadi 160. Sepertinya ini efek kelelahan dan kurang tidur malam sebelumnya. Hiks. Trus HB darahku ternyata cuma 74 atau 76 lupa. Dan belakangan ini aku tahu kalau HB darah dibawah 80 tidak diperkenankan melakukan operasi karena akan beresiko mengalami pendarahan. Tapi kenapa tetap dioperasi guehh 😭

Jadi ketika aku masuk ruang operasi dimana aku cuma sendirian karena suami gak diperkenankan masuk, hiksss diinfokan bahwa stok darah B di RS habis, sudah telpon di PMI habis juga. Jadi mau gak mau harus ada keluarga atau kerabat yang bisa mendonorkan darah ke PMI.

Cerita keriweuh an di luar ruang operasi dulu yaaaa...
Waktubitu ibuku dan ibu mertuaku yang bergolongan darah B pun langsung menuju ke PMI diantar oleh petugas RS. Perjalanan dari RS ke PMI hampir 1 jam, sesampainya di sana ternyata beliau2 tidak bisa mendonorkan darah. Karena tensi ibu terlalu tinggi, dan tensi ibu mertua terlalu rendah. Hiks. Suamiku yang menunggu di luar ruang operasi pun sampai ngeblank begitu mendengar kabar tersebut, dia bertanya kepada seluruh teman kantornya apa ada yang bergolongan darah B dan bisa donor saat itu juga, yang notabene itu hari Selasa..dan masih jam kerja. Tapi akhirnya perjuangan panjangpun berakhir, tantenya suamiku diperbolehkan untuk melakukan donor darah.

Di dalam ruang operasi sangat dingin, aku bertemu dengan dokter Ruth spog ku dan menyapaku dengan si perut gantung wkwk. Ada juga dokter anestesi pria yang sangat baik mengajakku ngobrol selama operasi, menyuruhku tetap tersadar meskipun mataku rasanya berat sekali, memberitahuku berbagai macam ilmu anestesi dan menginfokan tekanan darahku yang masih konstan diangka 150-170 hikss. Beliau mengafirmasiku agar tetap relaks dan ternyata benar aku tidak merasakan sakit sama sekali meskipun kepala kliyengan banget. Akhirnya jam 17.37 putriku lahir dan langsung dibersihkan oleh bidan kemudian langsung IMD sekitar 10 menit aja hikss. Ingin menangis tapi kutahan, masih tidak percaya dengan anugrah yang telah Allah berikan. Putri yang sehat sempurna ini dengan berat 3,2 kg dan panjang  48cm di usia kehamilan 38 minggu.
Setelah itu aku tak sadarkan diri..

Sekitar pukul 7 aku terbangun dan mendapati diriku menggigil hebat di ruang sauna. Dingiiiin sekali, sangat dingin padahal aku tau aku masuk di ruangan yang panas. Sampai pada akhirnya aku bisa bertemu suamiku, dia nampak cemas dan ketakutan melihatku. Dia kasihan melihatku menggigil di selimut yang panas itu, dia memelukku erat seolah takut kehilanganku. Acieeee wkwk. Apa dokter mengatakan sesuatu padanya? Apa aku mengalami pendarahan hebat? Entahlah..dia bercerita kalau sudah melihat putri kita dan mengadzani nya lewat lubang inkubator, dia begitu bahagia dan mengatakan "ternyata begini rasanya, bahagia banget jadi seorang ayah" dia berterima kasih padaku dan bilang bahwa aku harus kuat melewati proses ini.

Akhirnya lama kelamaan tubuhkuu menghangat, selesai sudah perjuangan hidup dan matiku wkwk. Transfusi darah mulai dilakukan dan aku tetap tidur di ranjang, aku langsung bisa buang angin dan diperbolehkan untuk minum. Sesudahnya sekitar pukul 10 malam, suster mengatakan kalau Aleya nangis terus karena memang dibiarkan tidak diberi sufor sama sekali dan meminta izin apakah aku udah siap kalau bayi nya ditaruh di kamar. Ya tentu aja siapppp lah. Sesampainya Aleya dikamar, aku langsung nenggendong dan mencoba belajar menyusuinya. Dan Aleya pun langsung diam dan gak nangis lagi. Meskipun dia baru ngenyot2 dikit karena ASI ku belum keluar banyak.

Malam itu kita tidur bersama sementara papa langsung mengubur ari2 ke rumah tante. Keesokan harinya aku sudah belajar untuk duduk dan malamnya aku sudah berdiri dan berjalan.

Dan drama perASIan pun di mulai, ketika bangun pagi aku menangis sejadi2nya karena payudaraku mengeras seperti batu, sakiitt minta ampun, lebih sakit dari operasi, apalagi saat dibantu suster memijat payudaraku masyaallah sakit luar biasa sampai menangis tersedu2 😢 sejak saat itu aku rutin memompa ASI karena kalau gak dipompa akan mengeras seperti batu lagi hiksss. Produksi pabrik terlalu melimpah cyiin. Alhamdulillah..padahal sampai sekarang aku juga gak pakai booster apapun. Koentji nya adalah BE HAPPY!!

Di hari selanjutnya aku sudah bisa mandi dibantu ibuku, berjalan kesana kemari, duduk di sofa bawah, melakukan aktifitas biasa. Mungkin aku terlalu bahagia sampai melupakan rasa sakitnya huhu.

Hari Sabtu malamnya aku diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Jadi operasi hari Selasa pulang hari Sabtu, 4 hari 4 malam di rumah sakit.  Minggu paginya ibu2ku udah bersiap untuk pulang ke rumah, dan ketika aku minta tolong untuk memandikan Aleya gak ada yang bantu mandiin. Sungguhhhhh terlalu 😭😭😭 berbekal pengalaman lihat youtube aku coba sendiri buat menyeka badannya. Bismillah..
Selesaiiii..

Seperti itulah perjuanganku merawat Aleya dari dia lahir sampai sebesar ini. Memandikannya sendiri dari lahir sampai sekarang, merawatnya sendiri, memenuhi kebutuhannya, begadang menyusuinya sendiri karena aku gak tega membangunkan suamiku yang udah capek kerja, mengganti popoknya tengah malam, sungguh awal2 yang berat waktu itu dimana luka operasiku belum sembuh benar dan aku harus berjuang merawat dia seorang diri di tanah rantau ini. Siang hari pun aku harus membereskan rumah, memasak, mencuci piring pakaian, dll. Sebenarnya suamiku gak nyuruh, tapi siapa yg akan mengerjakannya kalau bukan aku? Karena aku sendiri yg memutuskan tidak ingin ada pembantu di rumah.
Dengan perjuanganku yang seoerti itu, apa aku masih belum bisa disebut ibu seutuhnya hanya aku tidak melahirkan secara normal?? 😢