Senin, 21 Januari 2019

Resolusi 2019

Resolusi tahun 2019 adalah "being minimalist"

Jadi nihhhh gak tau kenapa dengan kepribadian kita (aku dan suami) yang kaya gini ternyata baru kita sadari kalau kita ini sebenernya mahluk minimalis yang masih maximalis dikit2. Jadi mulai tahun ini kita berusaha buat bener2 minimalis. Minimize semua barang2 yang gak pernah dipakai sampai pada akhirnya baju kita 1 lemari besar hilang karena baju 1 lemari itu emang gak pernah kita pake, dan lemarinyapun kita kasih ke satpam komplek 😂 Jadi dengan berkurangnya satu lemari gedhe rumah kita jadi luas banget oey!!

Pertama tama kita pilih2in baju tuh, dan sebagai seorang minimalis kita pilih baju sebasic mungkin. Jadi di lemari kita sekarang cuma ada baju putih, hitam, abu2. Begitu jg jilbab gueeeeh. Cokelat masih ada ding kalau jilbab hihi.

Kedua kita beresin mainan Aleya, udah gak dijejer rapi macam ruangan TK sekarang, tapi lebih mirip perpustakaan hhe rapihhhh!!

Ketiga beresin dapur, dan dapur gue sekarang cantikkk. Punya rak bumbu dan tertata rapi, gak ada tuh sekarang plastik kopi, plastik minyak, plastik indomie, semua punya tempatnya masing2. Dari dulu emang udah gitu sih perasaan wkwk.

Keempat beresin kamar mandi, no plastik2 isi ulang sabun, dll. Semua punya tempat masing2 dan tertata rapih.

Kelima tas dan dompet. Sebagai ibu2 dengan toddler gue emang bukan tipe ibu2 rempong yang bawa berbagai macam peralatan mandi, makan sampai tidur di dalam tas. Cukup bawa popok+plastik, tissue basah (kalau inget), dompet, dan minuman Aleya. Nyatanya juga aman2 aja alhamdulillah hhi.

Jadi rumah gue sekarang luas dan bersih banget. Gak kaya sebelumnya yang jelas wkwk. Gak ada barang berserakan dan ternyata ngefek lho ke Aleya. Dia naruh sepatu dan pakaian kotor pada tempatnya, gak asal lempar sana sini. Kalau suami sihhh emang dr lahir udah super rapi sedunia. Jadi malah aku nih yang harus belajar banyak dari dia wkwk.

Sebagai seorang minimalist, kita udah gak pernah mikirin apa kata orang lagi, dont care about what people say about you yg penting kita happy, kita gak shopping2 buat barang gak penting, kita gak beli baju2 sesuai trend biar dikatain modis, gak jaman now banget deh yang penting tetep rapi dan enak diliat aja, baju itu2 aja yaaa hayuuk, sepatu itu2 aja ya biarin, terserah apa kata orang yang penting kita happy lah yaa 😂
Jadi uang jatah shopping2 tadi kita gunain buat membahagiakan diri, mencoba hal baru, travelling, memperkaya ilmu, dan bermanfaat bagi orang lain.

By being minimalist we'll have less but we can do more, more and more.
Jadi mungkin mulai tahun 2019 ini kita bakalan sering travelling dan kuliner. Yeyyy. Intinya buatlah cerita bahagia di hidupmu, bukan hanya mikir besok pake baju apa yaaa. Be simple guysss, we dont care stuffs like that..

17 Oktober 2017

Tanggal ini, tanggal ini adalah tanggal kelahiran putriku yang sekarang sudah menginjak umur 15 bulan. Ternyata aku belum oernah menyempatkan diri untuk menulis perjuanganku melahirkan dia ke dunia.

Aku tidak melahirkan secara normal. Ya.
Aku memilih tanggal cantik. Ya.
Aku tidak mau berusaha menunggu tanda tanda gelombang cinta. Ya.

Untuk para ibu yang melahirkan normal, aku yakin kalian pasti tidak setuju dengan pilihan yang aku buat. Sering aku melihat beberapa IG story yang menyudutkan ibu yang melahirkan secara caesar. Bahkan ibuku sendiri pun sempat nyeletuk aku bukan ibu sesungguhnya karena aku tidak merasakan sakitnya melahirkan secara normal.
Tapi, hanya itukah standar seorang ibu seutuhnya??
Ibu seutuhnya adalah ibu yang merawat anak mereka dengan bahagia dan sepenuh hati tanpa embel2 mereka melahirkan normal atau caesar. Karena justru perjuangan terberat adalah setelah mereka lahir ke dunia. Bukan proses kelahirannya. Banyak kok ibu2 yang melahirkan normal tapi mengabaikan anak mereka. Apa mereka juga tetap lebih baik dibandingkan ibu yang melahirkan caesar tapi mengurus anaknya dengan baik?? Aku rasa tidak.

Baik aku akan menceritakan kisah perjuanganku di tanggal ini. Untuk alasan kenapa aku memilih melahirkan secara caesar sudah aku posting tahun lalu yah.

Jadi pagi itu kedua ibuku dan eyang putri dari suami sudah ada di rumah, kita tidur berlima di rumah. Semalaman aku tidak bisa tidur, membayangkan hari ini aku akan melakukan operasi dan bertemu putriku. Macam anak SD yang terlalu happy mau piknik sekolah gitu. Jam 1 dini hari mungkin aku baru bisa tidur, itupun tak nyenyak karena jam 4 terbangun lagi dan aku pun melakukan tahajud terakhir ketika hamil. Aku menangis di dalam diam karena aku tidak ingin tangisanku didengar oleh ibu2ku. Akhirnya aku tidur lagi sampai setengah 6 melakukan shalat subuh dan membantu ibuku yang sudah memasak nasi goreng. Kita sarapan berlima di rumah kala itu.

Setelah sarapan, sekitar jam 11 kita bersiap untuk berangkat ke rumah sakit, mengurus administrasi dan check in..macam hotel aja 😂 tapi emang rumah sakitnya kaya hotel sih. Dulunya Ciputra Mitra Hospital gak serame sekarang, masih sepi, bersih banget, pelayanannya ramah bak hotel bintang 5 wkwkwk. Sesampainya di RS ternyata kamar VVIP lantai 2 yang kita pesan full, sehingga untuk sementara waktu mau disiapkan kamar baru di lantai 3 dan mungkin akan siap sekitar jam 13 an. Kenapa kita pilih kamar VVIP. Karena batasan pengunjung yang boleh menginap 4 orang cuma kamar VVIP. Padahal ibu2ku, nenek, dan suamiku pasti harus menginap juga di RS. Meskipun rumah kami dekat RS aku yakin gak ada yang mau pulang ke rumah setelah putriku lahir 😂

Karena masih lama, akhirnya kita berlima jalan2 dan keluar makan siang dulu. Ajiiib nih bumil jam 5 operasi masih jalan2 aja dan makan sambel acan. Haha akhirnya dapet konfirmasi dari RS kalau kamar sudah siap dan kita langsung bisa masuk.

Aku langsung disuruh berbaring, ngecek denyut jantung bayi dan gerakan yang harus aku lakukan sendiri pakai alat macam earphone yang ditaruh di perut gitu kayaknya. Lupa2 inget. Fotonya sih ada di laptop tapibini ngeblog pake hp jadi males hidupin laptop. Wkwk #banyakalasan. Abis itu langsung deh disuruh puasa gak boleh makan minum. Akhirnya aku bobo bentar, jam setengah 5 an sore aku bangun dan disuruh ganti baju operasi, dipasang infus dan kateter, dicukur rambut kemaluan sama cek tensi. You know whattt. Tekanan darahku mendadak tinggi, yang biasanya 100-110 ini mendadak jadi 160. Sepertinya ini efek kelelahan dan kurang tidur malam sebelumnya. Hiks. Trus HB darahku ternyata cuma 74 atau 76 lupa. Dan belakangan ini aku tahu kalau HB darah dibawah 80 tidak diperkenankan melakukan operasi karena akan beresiko mengalami pendarahan. Tapi kenapa tetap dioperasi guehh 😭

Jadi ketika aku masuk ruang operasi dimana aku cuma sendirian karena suami gak diperkenankan masuk, hiksss diinfokan bahwa stok darah B di RS habis, sudah telpon di PMI habis juga. Jadi mau gak mau harus ada keluarga atau kerabat yang bisa mendonorkan darah ke PMI.

Cerita keriweuh an di luar ruang operasi dulu yaaaa...
Waktubitu ibuku dan ibu mertuaku yang bergolongan darah B pun langsung menuju ke PMI diantar oleh petugas RS. Perjalanan dari RS ke PMI hampir 1 jam, sesampainya di sana ternyata beliau2 tidak bisa mendonorkan darah. Karena tensi ibu terlalu tinggi, dan tensi ibu mertua terlalu rendah. Hiks. Suamiku yang menunggu di luar ruang operasi pun sampai ngeblank begitu mendengar kabar tersebut, dia bertanya kepada seluruh teman kantornya apa ada yang bergolongan darah B dan bisa donor saat itu juga, yang notabene itu hari Selasa..dan masih jam kerja. Tapi akhirnya perjuangan panjangpun berakhir, tantenya suamiku diperbolehkan untuk melakukan donor darah.

Di dalam ruang operasi sangat dingin, aku bertemu dengan dokter Ruth spog ku dan menyapaku dengan si perut gantung wkwk. Ada juga dokter anestesi pria yang sangat baik mengajakku ngobrol selama operasi, menyuruhku tetap tersadar meskipun mataku rasanya berat sekali, memberitahuku berbagai macam ilmu anestesi dan menginfokan tekanan darahku yang masih konstan diangka 150-170 hikss. Beliau mengafirmasiku agar tetap relaks dan ternyata benar aku tidak merasakan sakit sama sekali meskipun kepala kliyengan banget. Akhirnya jam 17.37 putriku lahir dan langsung dibersihkan oleh bidan kemudian langsung IMD sekitar 10 menit aja hikss. Ingin menangis tapi kutahan, masih tidak percaya dengan anugrah yang telah Allah berikan. Putri yang sehat sempurna ini dengan berat 3,2 kg dan panjang  48cm di usia kehamilan 38 minggu.
Setelah itu aku tak sadarkan diri..

Sekitar pukul 7 aku terbangun dan mendapati diriku menggigil hebat di ruang sauna. Dingiiiin sekali, sangat dingin padahal aku tau aku masuk di ruangan yang panas. Sampai pada akhirnya aku bisa bertemu suamiku, dia nampak cemas dan ketakutan melihatku. Dia kasihan melihatku menggigil di selimut yang panas itu, dia memelukku erat seolah takut kehilanganku. Acieeee wkwk. Apa dokter mengatakan sesuatu padanya? Apa aku mengalami pendarahan hebat? Entahlah..dia bercerita kalau sudah melihat putri kita dan mengadzani nya lewat lubang inkubator, dia begitu bahagia dan mengatakan "ternyata begini rasanya, bahagia banget jadi seorang ayah" dia berterima kasih padaku dan bilang bahwa aku harus kuat melewati proses ini.

Akhirnya lama kelamaan tubuhkuu menghangat, selesai sudah perjuangan hidup dan matiku wkwk. Transfusi darah mulai dilakukan dan aku tetap tidur di ranjang, aku langsung bisa buang angin dan diperbolehkan untuk minum. Sesudahnya sekitar pukul 10 malam, suster mengatakan kalau Aleya nangis terus karena memang dibiarkan tidak diberi sufor sama sekali dan meminta izin apakah aku udah siap kalau bayi nya ditaruh di kamar. Ya tentu aja siapppp lah. Sesampainya Aleya dikamar, aku langsung nenggendong dan mencoba belajar menyusuinya. Dan Aleya pun langsung diam dan gak nangis lagi. Meskipun dia baru ngenyot2 dikit karena ASI ku belum keluar banyak.

Malam itu kita tidur bersama sementara papa langsung mengubur ari2 ke rumah tante. Keesokan harinya aku sudah belajar untuk duduk dan malamnya aku sudah berdiri dan berjalan.

Dan drama perASIan pun di mulai, ketika bangun pagi aku menangis sejadi2nya karena payudaraku mengeras seperti batu, sakiitt minta ampun, lebih sakit dari operasi, apalagi saat dibantu suster memijat payudaraku masyaallah sakit luar biasa sampai menangis tersedu2 😢 sejak saat itu aku rutin memompa ASI karena kalau gak dipompa akan mengeras seperti batu lagi hiksss. Produksi pabrik terlalu melimpah cyiin. Alhamdulillah..padahal sampai sekarang aku juga gak pakai booster apapun. Koentji nya adalah BE HAPPY!!

Di hari selanjutnya aku sudah bisa mandi dibantu ibuku, berjalan kesana kemari, duduk di sofa bawah, melakukan aktifitas biasa. Mungkin aku terlalu bahagia sampai melupakan rasa sakitnya huhu.

Hari Sabtu malamnya aku diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Jadi operasi hari Selasa pulang hari Sabtu, 4 hari 4 malam di rumah sakit.  Minggu paginya ibu2ku udah bersiap untuk pulang ke rumah, dan ketika aku minta tolong untuk memandikan Aleya gak ada yang bantu mandiin. Sungguhhhhh terlalu 😭😭😭 berbekal pengalaman lihat youtube aku coba sendiri buat menyeka badannya. Bismillah..
Selesaiiii..

Seperti itulah perjuanganku merawat Aleya dari dia lahir sampai sebesar ini. Memandikannya sendiri dari lahir sampai sekarang, merawatnya sendiri, memenuhi kebutuhannya, begadang menyusuinya sendiri karena aku gak tega membangunkan suamiku yang udah capek kerja, mengganti popoknya tengah malam, sungguh awal2 yang berat waktu itu dimana luka operasiku belum sembuh benar dan aku harus berjuang merawat dia seorang diri di tanah rantau ini. Siang hari pun aku harus membereskan rumah, memasak, mencuci piring pakaian, dll. Sebenarnya suamiku gak nyuruh, tapi siapa yg akan mengerjakannya kalau bukan aku? Karena aku sendiri yg memutuskan tidak ingin ada pembantu di rumah.
Dengan perjuanganku yang seoerti itu, apa aku masih belum bisa disebut ibu seutuhnya hanya aku tidak melahirkan secara normal?? 😢